SINOPSIS
Selamat Tinggal Dompet
Salam Redaksi
“Bapak mau bayar pakai uang tunai atau nontunai?” tanya kasir.
“Nontunai maksudnya?” saya mencoba menegaskan. Sebab, transaksi ini terjadi di warung makan di Desa Sumber Pitu, terletak di pinggir Bengawan Solo di daerah Getas, Cepu, Blora, Jawa Tengah. Namanya warung Pak Pin, dengan menu spesial garang asem ikan Jendil. Ikan mirip patin yang habitatnya ada di Bengawan Solo.
“Ini Pak, bisa dibayar dengan QRIS,” jawab kasir sembari menunjukkan gambar saat melihat saya ragu-ragu atas yang ditawarkan. Dengan cepat, saya keluarkan HP
(Handphone) dan transaksi pun berhasil.
Di kota-kota besar, terutama Jakarta, penggunaan QRIS (Quick Respond code Indonesian Standard) sudah marak dilakukan setelah di-launching Gubernur Bank Inonesia, Perry Warjiyo, pada tanggal 17 Agustus 2019. Tidak hanya para pengusaha UMKM, bahkan kotak sumbangan masjid pun menggunakan QRIS.
Sungguh, paling tidak di luar perkiraan saya, ternyata sistem pembayaran ini berkembang sangat cepat hingga merambah wilayah perdesaan di Indonesia. Tidak hanya itu, QRIS juga sudah melanglang buana, merambah hingga mancanegara. (Lihat: QRIS Antar Negara, dr. Moh. Anis Nasyid, Lentera Citra Kw I/2024).
Perkembangan yang sedemikian pesat tersebut, bahkan serta merta membuat berang Presiden Trump, karena dianggap ‘mengganggu’ Master dan Visa, serta menjadikannya sebagai alat penekan dalam perdagangan antara Indonesia dengan Amerika.
Dapat dipastikan bahwa sebagian besar dari pensiunan Bank Indonesia saat ini adalah Generasi Baby Boomers. Generasi yang mengecap masa kolonial hingga milenial, mengalami loncatan teknologi yang dahsyat hampir di semua lini kehidupan.
Saat memasuki masa sekolah, mengalami perubahan era “zaman batu” hingga era kertas. Saat memasuki dunia kerja, mengalami mesin ketik manual sampai personal
computer. Saat memasuki masa pensiun, mengalami pembayaran MP tunai dan MP Nirkertas.
Generasi Baby Boomers juga menyaksikan dan mengalami dahsyatnya perkembangan sistem pembayaran nontunai. Dimulai dengan kartu ATM pada tahun 1985, E-Banking dan M-Banking pada tahun 2001, E-Money dan Dompet Digital pada tahun 2007, serta QRIS sejak 2019.
Selain QRIS, produk sistem pembayaran di Indonesia relatif ketinggalan dibandingkan negara-negara lain. Maka, menyaksikan perkembangan QRIS sangat membanggakan sebab merupakan produk asli yang diinisiasi Bank Indonesia.
Perkembangan QRIS yang menawarkan sistem pembayaran cepat, mudah, murah, aman, dan andal (cemumuah) melaju tak terbendung. Menurut Bank Indonesia, kini tercatat 57 juta pengguna dan 39,3 juta merchant (sebagian besar UMKM). Sudah tentu, pencapaian QRIS yang fenomenal ini menjadikan slogan budaya kerja “Aku Bangga BI Bermakna” nyata.
Dulu akan terasa gagah dan percaya diri jika dalam dompet berisi KTP, kartukartu alat pembayaran, selain uang tunai (HCS). Sebentar lagi, dompet akan ikut ‘terdisrupsi’, tidak diperlukan lagi karena semua data dan alat transaksi telah tersimpan rapi di dalam HP. (eMDe)