+6221831429
www.ppppbi.com
Jl. Rasamala Raya No. 2, Kelurahan Mentang Dalam
Kecamatan Tebet, Jakarta Barat
pin_sharp_circle [#ffffff] Created with Sketch.

EDISI MEI 2018

SINOPSIS

Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tercapainya kesejahteraan umum merupakan tujuan pertama dari pembentukan Pemerintah Negara Indonesia. Tujuan berikutnya adalah mencerdaskan kehidupan  bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Hal itu menunjukkan pentingnya pembangunan kesejahteraan, baik kesejahteraan individu/perorangan, kesejahteraan keluarga, maupun kesejahteraan bangsa.

Indonesia merdeka sudah lebih dari 70 tahun. Pemerintahan negara pun sudah silih berganti dan setiap pemerintahan selalu berusaha mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Usaha itu tidak hanya berupa proram pembangunan secara umum, tetapi juga program khusus, seperti keluarga berencana, subsidi (BBM, listrik, pupuk, benih), bantuan langsung tunai, kredit usaha rakyat, dan BPJS ( Kesehatan, Ketenagakerjaaan). Namun hasilnya masih belum optimal seperti  yang diharapkan. Banyak orang belum bisa memenuhi kebutuhan dasarnya secara memadai. Mereka belum merasakan hidup sejahtera.

Meski demikian, tentu kita tidak boleh menyerah apalagi berputus asa . Kita harus terus berikhitar dan berjuang untuk mewujudkan cita-cita kesejahteraan umum tersebut.

Dalam pada itu, menarik untuk diperhatikan kajian Ustaz  Prof Dr. Didin Hafidhuddin, MSc mengenai indikator kesejahteraan dalam pandangan Islam. Indikator kesejahteraan yang dilandasi oleh tafsir surat Quraisy tersebut,, berbeda dengan indikator kesejahteraan menurut pandangan materialisme dan sekularisme yang menafikan keberadaan Allah SwT dalam setiap kegiatan dan menafikan nilai-nilai agama dalam kehidupan yang memisahkan/membedakan kehidupan beragama dengan kehidupan sehari-hari.

Indikator-indikator  dimaksud, pertama, adalah etos kerja yang tinggi yang harus dimiliki oleh setiap individu, setiap kelompok masyarakat, dan setiap bangsa. Dengan bekerja keras, maka akan dengan sendirinya memperoleh kesejahteraan. Mereka yang malas, yang tidak mau bekerja keras, bisa dipastikan tidak akan sejahtera. Orang yang beriman tidak boleh malas, karena bekerja keras bagi orang yang beriman sebagai ibadah. Allah mencintai orang-orang yang beriman yang bekerja keras, ikhlas, dan tuntas. 

Kedua, beribadah hanya kepada Allah SwT, tidak berbuat maksiat, patuh terhadap ajaran-Nya, tidak musrik dan tidak syirik. Tidak ada kesejahteraan yang hakiki jika tidak beribadah kepada Allah SwT. Meskipun secara materi seorang yang kaya tampak seperti bahagia tetapi secara hati nuraninya bisa jadi terguncang dan berusaha mencari kebahagiaan.

Ketiga, terbebas dari kelaparan, terpenuhi kebutuhan  pangan, sandang, dan papan secara wajar, tidak berlebihan dan terhindar rasa lapar. Allah SwT memerintahkan agar mencari rezeki yang halal. Dengan mendekatkan hati kepada Allah SwT, selain terhindar dari rasa lapar, juga rasa takut dan cemas akan hilang.

Indikator-indikator kesejahteraan tersebut kiranya cocok untuk diterapkan di negara kita yang sedang membangun. Pembangunan karakter, teruatama generasi muda , dengan etos kerja tinggi, senantiasa hanya beribadah kepada Allah SwT dan pemenuhan kebutuhan dasar (pangan, sandang, papan) secara wajar, layak dijadikan gerakan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. (wh)

 

,

atas