EDISI MARET 2018

SINOPSIS

 

Air, khususnya air bersih, memang tidak bisa diingkari merupakan kebutuhan yang vital dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya oleh manusia, air juga diperlukan oleh makhluk lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk melangsungkan hidupnya.

Manusia menggunakan air, bukan hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk keperluan lainnya, seperti sanitasi dan pertanian.

Saya masih ingat waktu kecil, sering mendengar pertengkaran antar kampung gara-gara persoalan air. Pada waktu musim tanam, terutama di musim kemarau, para petani berebut air irigasi yang volumenya terbatas. Mereka saling membobol tanggul atau pematang  untuk mengalirkan air ke sawah mereka, terutama dilakukan pada malam hari.

Keributan masalah air bersih ternyata tidak hanya terjadi antarindividu, antarkampung, atau antardaerah di suatu negara, tetapi juga bisa terjadi antarnegara. Bahkan juga bisa antarkawasan atau antarbenua karena penggunaan sumber air secara bersama-sama. Misalnya di Afrika, lebih dari 57 sungai besar dan danau digunakan bersama-sama oleh dua atau lebih negara. Contohnya Sungai Nil oleh 9 negara, Sungai Nigeria oleh 10 negara. Di seluruh dunia, lebih dari 200 sungai besar digunakan  secara bersama oleh lebih dari satu negara. Keberadaaan sungai-sungai tersebut, meliputi lebih dari separuh permukaan bumi. Selain sungai banyak sumber air bawah tanah yang membentang melintasi batas-batas negara, sehingga penyedotan air bawah tanah berlebihan yang dilakukan oleh suatu negara dapat menyebabkan ketegangan dengan negara tetangganya.

Sesungguhnya sebagian besar bumi kita terdiri atas air. Jumlahnya meliputi 70% dari permukaan bumi. Volumenya sekitar 1.400 juta kilometer kubik. Luar biasa banyak. Namun sebagian besar air tersebut, sekitar 97 persennya, berupa air laut atau samudra yang kadar garamnya terlalu tinggi untuk berbagai keperluan. Sisanya 3 persen sebagian besar, kurang lebih 87 persen, tersimpan dalam lapisan kutub dan di bawah tanah yang sangat dalam. Al hasil dari jumlah air 1.400 juta kilometer kubik yang ada di bumi, hanya kira-kira 0,003 persennya yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Secara global ketersediaan air bersih memang terbatas.

Kondisi ketersediaan  air bersih di suatu tempat, wilayah atau negara, berbeda-beda. Bahkan ada suatu tempat yang sekarang ini sudah mengalami kekurangan air bersih. Contohnya Capetown, salah satu kota wisata di Afrika Selatan, menurut berita salah satu TV Swasta, pertengahan tahun ini akan kehabisan peresediaan air bersih. Warga dijatah kebutuhan airnya dan tamu hotel dilarang mandi di bak mandi.

Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita harus mengubah pola pikir dan persepsi tentang air bersih. Jangan lagi kita berpikir, kita mampu membeli air, berapapun jumlah air yang kita habiskan. Persepsi seolah-olah air bersih tersedia secara gratis, harus kita ubah bahwa ketersediaan air bersih sangat terbatas, bahkan semakin lama semakin langka dan pengadaanya memerlukan biaya yang sangat besar. Salah satu tindakan yang perlu kita lakukan adalah menghemat air bersih. Menghemat air bersih, selain menyelamatkan persediaan air bersih, juga ikut menyelamatkan lingkungan dan masa depan anak cucu kita. (Wh).

atas